Sunday 8 May 2011

VIVAnews - Bank Indonesia (BI) memperkirakan konsumsi rumah tangga meningkat pada triwulan II/2011 seiring kenaikan penghasilan yang diterima warga. Kenaikan pendapatan tersebut salah satunya berawal dari kenaikan gaji pegawai negeri sipil (gaji PNS) serta perbaikan remunerasi terkait reformasi birokrasi di berbagai kementerian/lembaga.

Dalam Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia disebutkan konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,8 persen pada triwulan II/2011. Selain itu, untuk keseluruhan 2011, konsumsi rumah tangga akan tumbuh di kisaran 4,4-4,9 persen.
Setelah itu, konsumsi rumah tangga pada 2012 diperkirakan naik lebih tinggi di kisaran 4,6-5,1 %.
"Pendapatan masyarakat yang meningkat secara umum berasal dari peningkatan upah dan gaji serta pendapatan dari hasil ekspor," tulis BI yang dikutip VIVAnews.com.

BI menyatakan, pada 2011, rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) tumbuh sebesar 8,7 %. Tumbuhnya hal tersebut lebih tinggi jika disbanding dengan rata-rata pertumbuhan pada 2010 sebesar 8 persen.
Hal tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga masyarakat. Selain Upah Minimum Provinsi, peningkatan konsumsi berasal dari peningkatan penghasilan aparat negara sebanyak 10-15 persen & dibayarkannya gaji ke-13.

Selain dari itu, perbaikan penghasilan aparat negara juga berasal dari perbaikan remunerasi gaji terkait reformasi birokrasi di beberapa kementerian/lembaga.
Berdasarkan sumber dari Badan Kepegawaian Negara, angka PNS pada 2010 tercatat sebanyak 4,6 juta pegawai. Peningkatan daya beli dari pegawai ini diperkirakan mendorong konsumsi rumah tangga.

Tumbuhnya penghasilan akan mendorong ekspektasi pendapatan yang lebih tinggi. Hal tersebut tercermin pada hasil survei pelanggan Bank Indonesia yang menunjukkan tren pertumbuhan ekspektasi penghasilan dalam 7 bulan mendatang. Secara umum, tren survei pelanggan menunjukkan peningkatan, yang ditunjukkan pada bulan Maret mencapai indeks 140, disbanding pada awal tahun sekitar 137.

Peningkatan konsumsi ini selain karena peningkatan pendapatan, juga didukung dengan berlanjutnya ekspektasi apresiasi rupiah. Namun, dari sisi regulasi, penurunan bea masuk impor kendaraan diperkirakan bisa mendorong penjualan kendaraan.
Konsumsi di luar makanan terlihat tetap tinggi pada triwulan I-2011. Hal itu ditunjukkan pada permintaan mobil dan motor yang masih mencatat penjualan tinggi meski agak lambat. Penjualan mobil dan sepeda motor pada Januari s/d Maret 2011 masing-masing meningkat sebesar 29,5 % (year on year/yoy) & 16,2 % (yoy). (art)
• VIVAnews